CALIFORNIA – Executive Chairman Google, Eric Schmidt, menggambarkan hacker China sebagai yang paling canggih dan produktif di dunia. Pernyataan itu dikutip dari bocoran buku terbarunya, "The New Digital Age".
Dilansir dair Telegraph, Senin (4/2/2013), buku terbaru Schmidt itu ditulis bersama dengan mantan penasehat Pemerintah Amerika Serikat (AS), Jared Cohen, yang akan diterbitkan pada April mendatang.
"Perbedaan antara perusahaan Amerika dan China, dan taktik mereka akan meletakkan pemerintah dan perusahaan AS dalam kerugian yang berbeda. AS tidak akan memilih jalan spionase korporasi digital yang sama karena hukum yang lebih ketat dan karena persaingan gelap melanggar kebijakan permainan adil Amerika," klaim tulisan dalam buku tersebut.
Schmidt berpendapat, negara yang didukung kejahatan cyber untuk keuntungan ekonomi dan politik bisa menjadi ancaman online terbesar di dunia. Namun melalui buku ini, Schmidt dan Cohen mengakui bahwa AS tidak luput dari kesalahan dengan menyoroti peran negara itu dalam virus Stuxnet, yang sengaja disebar di internet pada 2010. Seperti diketahui, awalnya virus ini dibuat oleh Pemerintah AS dan Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Mereka juga mengatakan, penyebaran teknologi China di seluruh dunia juga turut meningkatkan pengaruh pemerintah negara tersebut. "Di mana Huawei meningkatkan pangsa pasar, maka pengaruh dan jangkauan China juga turut tumbuh," kata Schmidt.
Namun, keduanya sepakat bahwa penyebaran teknologi bisa menggoyahkan pemerintah pusat yang otoriter. "Campuran warga aktif bersenjata perangkat teknologi dan kontrol pemerintah yang ketat sangat bisa mengubah pendirian, sehingga bisa menyebabkan semacam revolusi dalam dekade mendatang," jelas buku tersebut.
Dilansir dair Telegraph, Senin (4/2/2013), buku terbaru Schmidt itu ditulis bersama dengan mantan penasehat Pemerintah Amerika Serikat (AS), Jared Cohen, yang akan diterbitkan pada April mendatang.
"Perbedaan antara perusahaan Amerika dan China, dan taktik mereka akan meletakkan pemerintah dan perusahaan AS dalam kerugian yang berbeda. AS tidak akan memilih jalan spionase korporasi digital yang sama karena hukum yang lebih ketat dan karena persaingan gelap melanggar kebijakan permainan adil Amerika," klaim tulisan dalam buku tersebut.
Schmidt berpendapat, negara yang didukung kejahatan cyber untuk keuntungan ekonomi dan politik bisa menjadi ancaman online terbesar di dunia. Namun melalui buku ini, Schmidt dan Cohen mengakui bahwa AS tidak luput dari kesalahan dengan menyoroti peran negara itu dalam virus Stuxnet, yang sengaja disebar di internet pada 2010. Seperti diketahui, awalnya virus ini dibuat oleh Pemerintah AS dan Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Mereka juga mengatakan, penyebaran teknologi China di seluruh dunia juga turut meningkatkan pengaruh pemerintah negara tersebut. "Di mana Huawei meningkatkan pangsa pasar, maka pengaruh dan jangkauan China juga turut tumbuh," kata Schmidt.
Namun, keduanya sepakat bahwa penyebaran teknologi bisa menggoyahkan pemerintah pusat yang otoriter. "Campuran warga aktif bersenjata perangkat teknologi dan kontrol pemerintah yang ketat sangat bisa mengubah pendirian, sehingga bisa menyebabkan semacam revolusi dalam dekade mendatang," jelas buku tersebut.
Categories:
Technology